Minggu, 22 September 2013

Mengapa harus berjanji...?

"Jangan pernah kita mengingkari janji yang pernah kita buat. Disaat kita mengingkari nya, kita tidak pernah tahu hal apa yang telah dikorbankan demi janji yang pernah ditunggu nya"

Satu kalimat di atas adalah kalimat yang dimana setiap manusia yang mempunyai janji atau yang sedang planning untuk membuat janji, Berjanjilah dengan sebaik mungkin dan seserius mungkin. Menurut saya, kalimat diatas bukan hanya sekedar kalimat biasa yang hanya mengandalkan kata bijaksana saja.
Tapi memang kalimat tersebut adalah kalimat yang bermakna yang berarti. Janji adalah ungkapan hati yang direalisasikan dengan perbuatan yang hingga akhirnya harus di tepati dengan sempurna. Sebut saja dengan sempurna, karena memang kata itulah yang pantas untuk mewakili janji yang terpenuhi. Kesempurnaan janji itulah yang membuat seseorang tahu akan kualitas dirinya untuk berjanji. Kesempurnaan janji merasa orang yang dijanjikan akan senang dan bahagia.

Berjanji itu akan mengikat sesuatu yang pernah kita ucapkan baik lisan maupun tulisan. Mengikat kata-kata yang keluar dari bibir untuk direalisasikan dengan perbuatan dan penuhilah pada waktu yang ditentukann...

Tapi ada beberapa orang yang sering mengingkari janji itu. Alasan mereka pun bermacam-macam, dari lupa, tuntutan waktu, peristiwa, dan kesengajaan. Semua itu haruslah dipikirkan mateng-mateng bagi yang berjanji. Entah itu janji kepada suami, janji kepada istri, janji kepada pacar, kepada anak, kepada orang tua, bahkan janji kepada orang-orang disekitar mu. Percayalah, Berjanji itu indah pada saat yang tepat dan akan hancur pada saat yang belum pasti itu ada.

So, berhati-hatilah untuk berjanji...

Jumat, 20 September 2013

si mungil

Manusia adalah mahluk yang terindah yang pernah ada di muka bumi ini. Mereka terus memperbanyak diri dengan menyatukan cinta kasih. Berbicara tentang manusia, Kelahiran merupakan awal si manusia itu untuk mengenal dunia, untuk mengenal isi dari dunia, mengenal bagaimana cara bersikap dan bertindak dengan manusia lainnya. Bisa mengenal kehidupan dan lingkungan, terutama lingkungan keluarga yang paling mendasar. Mengenal sosok orang tua dan orang-orang terdekat. Itulah kehidupan sejatinya.

Si Mungil
Sebut saja pada tanggal 18 September 2013, seorang bayi mungil, berjenis kelamin laki-laki telah hadir untuk mengisi dunia ini, untuk mengisi apa yang telah digariskan olehNya. Mengisi kekosongan ruang yang telah tergantikan. Sosok mungil ini terlahir di daerah Jogja, Gunung Kidul tepat dini hari. Menyisahkan haru bagi orang tuanya. Anak yang didambakan selama ini akhirnya keluar dengan selamat. 

Panggil saja si mungil (Karena belum bernama). Lahir dari keluarga kecil, Agus Diyanto dan Haryati adalah orang tuanya. Betapa bangganya seseorang laki-laki suatu saat di panggil oleh anaknya "Bapak" dan betapa terharunya seorang perempuan ketika panggilan "Ibu" mendarat ke telinganya.

Setelah dipikir-pikir, ternyata mas Agus dan Mbak yati ini adalah anak semata wayang. So, Simungil ini adalah anak satu-satu nya dan cucu satu-satu nya.. hehe,,, Nice...

Mas Agus dan mbak Yati
Kakek dan Nenek
Om berharap, semoga kamu bisa membanggakan orang tuamu, kakek dan nenek mu, serta keluarga yang ada disekitar mu nanti. Kamu harus bisa menjadi harapan orang tuamu. Jadilah anak yang soleh, patuh pada Perintah orang tua, taat pada Tuhan Yang Maha Esa, dan bisa menyejukkan hati ibu mu dikala dunia sedang terpisah. Bisa membangkitkan semangat ayahmu dikala dunia sedang menjauh...
Selamat Datang dan selamat berpetualang di duniamu yang baru...

Om bangga padamu...




Kamis, 19 September 2013

kangen itu masih ada

kangen itu masih ada...
menyelimuti dinding hati, di kala tak mampu ku raih tanganmu
kangen itu masih ada...
menyelinap masuk relung hati, hingga ku begitu merana

dan kangen itu masih ada...
masih tersisa dalam kalbukangen itu masih ada...
kangen ku tak tersisa


masih menunggu bayang mu dari kejauhan
dari hatiku yang terlalu merindu 
sekejap ku bertanya pada malam
titipkan rindu ini pada nya
ku ingin bercumbu walau dalam bayang

menyisahkan nama dan kenangan untuk dicerna
rinduku terlalu sederhana
hingga ia berkembang dan menjadi kangen yang masih tertinggal

kangen ku tak berbuah
yang menghasilkan warna yang indah dan ranum
kangen ku tak berumbi
yang menjalar kesetiap relung hati

dan kangen ku tak mampu ku tahan

Selasa, 03 September 2013

Sebut saja Keluarga

Wanita separuh baya itu duduk terdiam sendiri. Menunggu sesuatu yang datangmengingat masa mudanya...? Beliau keturunan jawa, Jogja, Gunung Kidul. Disanalah beliau menghabiskan masa kecilnya. Tapi dari dulu beliau tinggal di Jakarta. Meskipun keriput telah datang berkali-kali, ia tetap tersenyum. Senyuman hangat yang selalu melekat pada sudut bibinya. Senyuman itu selalu tulus untuk orang-orang disekitarnya.

Lastri adalah nama pemberian orang tua nya sejak 2 November 1969. Bagi gue, beliau adalah sosok ibu. Seperti ibuku sendiri yang ku anggap sejak 3 tahun silam. Bude, adalah nama panggilan yang kerap gue sebut untuk nama beliau. Mungkin karena beliau keturunan Jawa, oleh sebab itu dipanggilnya bude...? ataukah panggilan itu hanya ditujukan pada Ibu Lastri saja...? masih menjadi misteri tersendiri bagi gue. 3 tahun silam, gue ke Jakarta untuk menimba ilmu, dan bertemu dengan sosok peramah, baik, santun, dan suka menolong ini. Beliau mempunyai rasa empati dan loyalitas yang tinggi sama keluarga dan para tetangganya, bahkan orang yang baru dikenalnya.

Bude sudah gue anggap seperti ibu gue sendiri. Perhatian dan kasih sayangnya tak pernah sedikit yang beliau curahkan ke gue. Gue merasa seperti anaknya sendiri. Oh iya, bude gue ini mempunyai anak laki-laki semata wayang. Namanya Agus Diyanto. Jawa banget. Tentunya lahir pada bulan Agustus lah tentunya, pada tanggal 23. Gue sendiri memanggil namanya dengan sebutan bang agus atau mas agus. Karena umurnya sudah kepala 3 loh... Kayaknya sih, tapi gue belum tahu pasti umurnya sekarang berapa. Tinggal di Jawa yang kerap menggunakan bahasa Jawa adalah sudah hal yang lumrah. Tapi gue salut sama dia, dia bisa berbicara dan memahami bahasa Bima, bahasa daerah gue (seharusnya gak gue sebutin sih).

Bang Agus, sudah mempunyai istri namanya mbak yati (sorry, gak tahu nama aslinya). mereka menikah pada tahun 2012 kemaren, dan sekarang ini, mbak Yati sedang hamil tua loh, bentar lagi si cabang bayi akan melihat dunia. Mbak Yati ini juga orang Jawa. Anak semata wayang juga... Wahh, kayaknya mereka harus punya anak yang banyak deh, supaya neneknya tidak merasa kesepian...
hahaha...

Gue sangat berterima kasih banget sama keluarga ini. Inilah keluarga kecil yang selalu membuat gue lebih mengerti arti kehidupan, arti hidup mandiri...!


Mas Agus & Mbak Yati

Pakde, Agus, dan Bude

Pade dan Bude

Mbak Yati