Selasa, 26 Februari 2013

Fajar dan Senja ku ! (Part 2)


   Malam tak pernah memberi kepastian atas jawabanku. Ku hidup dan selalu tegar atas bisikan angin yang membuatku bertahan untuk tetap tersenyum. Pernah mencoba dari senyuman yang lain, tapi tak sehangat senyummu. Pernah memandang wajah indah, tapi tak sesejuk ketika ku pandang wajahmu. Mencoba berlari dan mengadu pada surya. Apakah bisikan angin benar.? Apakah dia sosok fajar dan senja yang ku cari.? Dia begitu indah dan sejuk. Senyuman manis terlukis di bibirnya yang tipis. Sudah ku temukan jawabannya. Iyaa. Sudah ku temukan dari sejumlah pencarianku, bahwa dia lah sosok fajar dan senja yang mengisi kekosongan hati di kala gelap.

‘Hoooreeeee’teriakan ku seakan berbicara pada surya, seakan ingin bercerita pada awan putih yang berkeliarann diatas sana, bahwa pencarianku tlah berujung. Akan ku umumkan pada bintang, akan ku beritakan pada semua yang bertelinga, pada semua yang mendengar, bahwa aku telah menemukan sosok fajar dan senjaku di tengah penantian yang begitu usang untuk di perbarui. Sang penulis tak mampu menguraikan rasa senang ini lewat penanya. Pelukis juga tak sanggup melukis perasaan ini lewat kanvasnya. Tidak ada yang bisa. Dalam hari, ku lalui waktu bersamanya.

atila
Senja di Tambora
       Sore ku bergumam,‘Apakah kau yakin itu adalah sosok fajar dan senjamu? Sementara kau masih terbuai oleh bayangan silam?’hingga ku memahami kalimat dari sang sore. Benarkah Fajar yang ku temukan selalu membuka dunia untuk tetap terang.? benarkah senja yang ku temukan ini.?

Fajar di Tambora
Tapi apa yang ku temukan.? Fajarku tidak menerangi hati, ia sudah malas perintahkan surya untuk tersenyum, senjaku yang sudah malas menghadirkan bintang dan bulan. Aku benci. Aku malu pada semua yang bertelinga. Awan putih berubah hitam mendengarkan kisahku. Lagi-lagi hembusan angin mendekati dan menasehati “tak pernah kau temukan fajar dan senjamu jika kau masih menyimpan luka dalam hati. Tidak akan pernah. Mereka bahkan enggan singgah dalam hati yang masih ada luka. Iyaa. Luka lama harus dikubur. Luka lama harus menguap bersamaku. Kau harus bangkit. Kau harus bisa menjadi fajar dan senja untuknya” seperti biasa, dia berlalu dengan indah dihadapanku sendiri. Cepat, Tangguh dan Lembut meninggalkan ku diantara sepi dan sunyinya hari. “Aku akan segera menjadi fajar dan senja untuknya” teriakku dalam bisunya malam.

TO BE CONTINUE

Kamis, 21 Februari 2013

Fajar dan Senja Ku ! (Part 1)


Ku pernah bercerita pada malam, bahwa aku sangat mencintai sang rembulan di kala ia purnama. Cahaya indah yang bisa dirasakan jauh dari bumi, cahaya yang sangat mempesona dan menarik hati setiap insan yang melihat. Cahaya itu mampu dirasakan dari jauh, sejauh jarak antara antar planet, jauh memang. Ku pernah bertanya pada sang malam, bagaimana aku jika ia tak ada kabar.? Bagaimana aku jika ia telah memilih hati yang lain.? Ku menunggu jawaban mu wahai pemilik purnama, dapatkah kau berikan aku satu jawaban dari seribu pertanyaanku wahai engkau penguasa bintang, jawab aku, wahai sang malam. Terlintas dalam pikiran “Beginikah kau perlakukan setiap insan yang menunggu jawaban dari pertanyaannya.? Kau hanya diam dan diam dalam kebisuanmu yang panjang hingga sampai fajar terbit.?”
      Hingga hembusan angin menertawakanku, hanya mampir, dan berbisik “dia telah bersama yang lain, jangan kau tagih cintamu, jangan kau rampas janjimu, jangan kau buat penantianmu terluka. Banyak yang menanti kisahmu, banyak yang menunggu senyum mu. Yaitu dia. Yang begitu tulus menyaingi Fajar, menyejukkan layaknya embun pagi, sehangat terik mentari, semerdu kicau burung, dan seindah senja, akan selalu menemanimu bercerita di kemudian hari, bahkan aku sanggup menulis kisahmu dengan dia” dan ia berlalu dengan cepat, meninggalkan ku di kesendirian malam gelap. Ingin ku kejar, terlalu cepat, tanpa memberi kesempatanku untuk bertanya “siapakah sosok fajar dan senja yang mengisi kekosongan hati di kala gelap...???

Fajar di Tambora

Senja di Tambora

TO BE CONTINUE

Sabtu, 16 Februari 2013

Bisu Ku


Bisuku
Seperti cuaca yang tak mampu di prediksi
Jangan lagi pertanyakan jika ku tak bersuara
Bagaimana ku bersuara..?
Karena kau perintahkan diam
Siapakah bisuku..?
Aku,,,
Aku,,,
Hanya aku yang mengerti
Dengan siapa bisuku..?
Dengan bayangan semu yang tak pernah kau snetuh
Dengan tetesan air mata yang tak pernah kau sapu
Cerita bisuku tak cukup dalam lembaran tesis
Hanyak cukup kau pahami tanpa kau mengerti
Bisuku...
Adalah nyawa kedua yang tersusun rapi
Diatas difragma cinta yang mengenang
Jika belum memahamiku
Bisuku juga tak pernah terungkap.

Atila Sonmax

Rabu, 13 Februari 2013

Reog City we Coming

Urutan dari sebelah kiri - kanan ada Bina Riko Efendi, Adi fahrul, saya (Atila Sonmax), Puguh Prasetyo, Wahidin Aji Saputra dan Tanto Fadillah.
kami sengaja mampir di sebuah warung remang-remang (istilah di jawa) untuk melepas lelah. kopi susu, wedan jahe, kopi item dan susu putih menjadi favorit kami semua. karena memang perjalanan yang melelahkan itu, membuat kami harus mampir san singgah di warung ini.
Perjalanan dari Ponorogo - Pacitan memakan waktu lebih kurang 5 jam. Pada malam sebelumnya kami sepakat untuk membeli kaos REOG PONOROGO untuk dikenakan besoknya.

Selasa, 12 Februari 2013

Putri Hati

Ku mencintamu di kala ku diam
Ku merindukanmu di kala sunyi
Jika datang waktunya,
akan ku jemput kau dengan kudaku
Akan ku bawa kau ke istana cintaku
Wahai,,,putri hatiku
Jika malam datang,
Sambutlah bulan dengan senyumanmu
jika malam datang
bintang akan berbisik
"bangun, dan sambutlah pangeranmu"
 Jika pagi menjelang,
Berikan semangat baru untuk nya
Karena kau putri hatiku
Dikala senja berlalu
Katakan pada malam jika kau merindukan ku

Minggu, 10 Februari 2013

arti senyumku

arti senyumku
bukan mengahiri semuanya
namun melainkan punya arti tersendiri
namun sedikit sulit dibahasakan

arti senyumku
bukan mengahiri atas apa yang kau bilang
arti dari senyumku
karena ku ingin terus tersenyum denganmu
karena kau inginku

jika yang lain hilang
ku tetap ada disini
jika yang lain telah tiada
ku tetap setia dalam penantian

kini senyum yang menghiasi wajah
hilang sejenak dalam keputuasaan
bukan karena tak mampu
hanya ingin menjauh dari yang tak pernah ada

sudah ku temukan dengan diriku sendiri
yang ku dapat hanya kegelisahan
yang ku dapat hanya puing dari cinta yang tak bertuan
artikanlah senyumku untuk menambah wawasanmu