Perjuangan dan
kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua adalah free dalam kehidupan ini. Terutama cinta kasih yang di berikan oleh seorang yang
sering kita sebut sebagai “ayah”. Beliau telah berjuang dengan gigih untuk
kelangsungan hidup calon anaknya yang di lahirkan nanti. Bagaimana tidak,
seorang istrinya ngidam sesuatu
tengah malam yang dirasa kurang wajar, tetap di penuhi walau cara untuk
mendapatkannya masih tergolong susah. Tetap terpenuhi. Bahkan ada beberapa
kasus yang rela sampa “mencuri” untuk mewujudkan keinginan calon bayinya.
Jadi tidak
heran, jika beliau sering memberikan peringatan yang do and don’t kepada semua anaknya. Tapi terkadang sebagai anak
sering tidak mengerti maksud dan tujuan atas perlakuannya tersebut. Otoriterlah. Keraslah. Gak ngerti gaul
lah. Blaa,,,blaa,,bla. Percaya deh, mereka yang duluan tahu dari pada kita
tentang kerasnya hidup ini. Beliau hanya ingin memberikan yang terbaik untuk
anaknya.
Saya belajar
banyak tentang perjuangan ayah dari seorang gadis yang berinisial “Fz”. Setelah
menginjak bangku SMA, beliau rela telat menuju tempat kerjanya karena harus
mengantarkannya ke sekolah. Sampai saat ini pun beliau yang biasa di panggil apak ini rela meninggalkan pekerjaannya
demi mengantar anak perempuannya untuk interview kerja. Padahal anaknya sudah
dewasa. Saking perhatian apak nya.
Ada juga kisah
lain ‘Mh’, dengan berlumuran
darah dia bercerita sambil tersenyum. Istinya melahirkan, dia bawa ke Rumah
Sakit. Setelah istrinya mau melahirkan, dia kedepan, ke parkiran. Dia lihat ada
motor yang kuncinya masih menggantung. Nyolong motor. Yaa karena maling
amatiran, maling sesaat. Bukan maling beneran. Ketangkap. Yaa di gebukin. Tapi
dia bisa tertawa. Dia bilang “Para dokter
nanggung istri saya melahirkan, emang itu tujuan saya. Hehe”
Kisah ini datang
dari ‘Ug’ dia bercerita “pernah ayahnya mencari pinjaman duit untuk membayar
SPP, seharian berjalan dan mengelilingi perkampungan dan
mendatangi beberapa rumah keluarganya, tapi hasilnya benar-benar nihil. Hingga malampun
tiba pinjaman itu belum juga dapat. Hingga si ‘Ug’ ini memutuskan untuk meminta
keringanan dari pihak sekolah untuk melunasi SPP nya minggu depan. Dan selama
seminggu kedepan ayahnya membantu tetangga mencangkul kebun, mengurus ternak
milik tetangga, dsb. Yang penting halal. Alhamdulillah
SPP lunas”.
Seorang
gadis remaja sebut saja namanya ‘Lita’, pernah mengaku “perjuangan ayah tak
pernah bisa tertulis dengan kalimat yang indah sekalipun. Tak pernah ternilai
harganya, ayah adalah seorang nelayan. Hingga suatu hari sebelum hari ulang
tahun saya, beliau pernah tidak pulang hampir 2 hari. Setelah di tanya,
ternyata ayah saya mengarungi samudra yang begitu luas dan dalam mencari ikan
yang banyak untuk dijual di pasar dan bisa membelikan saya sedikit kado. Dan tak
anyal, saya pun menangis, “tak perlu ayah
seperti ini, lita takut ayah kenapa-kenapa di samudra yang dalam. Ayah sudah
mengucapkan selamat ulang tahun saja ke Lita, itu adalah kado yang sangat luar
biasa buat anak mu ini, yah.”
Nah,
bagi saya sendiri sebagai penulis blog ini. Kehadiran sosok ayah adalah
kebutuhan sekunder. Beliau selalu mengajarkan saya ilmu tentang dunia dan
akhirat. Selain sebagai seorang guru SD, yang dimana mengajarkan anak didik
bangsa hingga cerdas, beliau tak pernah letih untuk mengajarkan ilmu kepada
anak-anaknya. Ilmu tentang kehidupan dan perjuangan untuk melunnakan dunia yang
keras. Untuk membangun dunia yang hampir rapuh. Hingga ilmu untuk menggenggam
dunia dengan telapak tangan. Guru kehidupanku
adalah seorang ayah.
Ayah,
Semangatmu
adalah hidupku
Keringatmu
adalah nafasku
Aku
berdiri atas dukungaan dan kasih sayangmu
Aku
hidup karena pundakmu
Aku
bernafas karena cintamu
Perjuanganku
saat ini
Adalah
semangatku dikemudian
Keringamu
saat ini
Hingga
senyumku saat ini
Ayah,
maafkan
aku belum bisa membahagiakanmu.