Jumat, 13 Desember 2013

Guru Kehidupan "Ayah"


     Perjuangan dan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua adalah free dalam kehidupan ini. Terutama cinta kasih yang di berikan oleh seorang yang sering kita sebut sebagai “ayah”. Beliau telah berjuang dengan gigih untuk kelangsungan hidup calon anaknya yang di lahirkan nanti. Bagaimana tidak, seorang istrinya ngidam sesuatu tengah malam yang dirasa kurang wajar, tetap di penuhi walau cara untuk mendapatkannya masih tergolong susah. Tetap terpenuhi. Bahkan ada beberapa kasus yang rela sampa “mencuri” untuk mewujudkan keinginan calon bayinya.
     Jadi tidak heran, jika beliau sering memberikan peringatan yang do and don’t kepada semua anaknya. Tapi terkadang sebagai anak sering tidak mengerti maksud dan tujuan atas perlakuannya tersebut. Otoriterlah. Keraslah. Gak ngerti gaul lah. Blaa,,,blaa,,bla. Percaya deh, mereka yang duluan tahu dari pada kita tentang kerasnya hidup ini. Beliau hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.

     Saya belajar banyak tentang perjuangan ayah dari seorang gadis yang berinisial “Fz”. Setelah menginjak bangku SMA, beliau rela telat menuju tempat kerjanya karena harus mengantarkannya ke sekolah. Sampai saat ini pun beliau yang biasa di panggil apak ini rela meninggalkan pekerjaannya demi mengantar anak perempuannya untuk interview kerja. Padahal anaknya sudah dewasa. Saking perhatian apak nya.

     Ada juga kisah lain Mh, dengan berlumuran darah dia bercerita sambil tersenyum. Istinya melahirkan, dia bawa ke Rumah Sakit. Setelah istrinya mau melahirkan, dia kedepan, ke parkiran. Dia lihat ada motor yang kuncinya masih menggantung. Nyolong motor. Yaa karena maling amatiran, maling sesaat. Bukan maling beneran. Ketangkap. Yaa di gebukin. Tapi dia bisa tertawa. Dia bilang “Para dokter nanggung istri saya melahirkan, emang itu tujuan saya. Hehe

     Kisah ini datang dari ‘Ug’ dia bercerita “pernah ayahnya mencari pinjaman duit untuk membayar SPP, seharian berjalan dan mengelilingi perkampungan dan mendatangi beberapa rumah keluarganya, tapi hasilnya benar-benar nihil. Hingga malampun tiba pinjaman itu belum juga dapat. Hingga si ‘Ug’ ini memutuskan untuk meminta keringanan dari pihak sekolah untuk melunasi SPP nya minggu depan. Dan selama seminggu kedepan ayahnya membantu tetangga mencangkul kebun, mengurus ternak milik tetangga, dsb. Yang penting halal. Alhamdulillah SPP lunas”.

     Seorang gadis remaja sebut saja namanya ‘Lita’, pernah mengaku “perjuangan ayah tak pernah bisa tertulis dengan kalimat yang indah sekalipun. Tak pernah ternilai harganya, ayah adalah seorang nelayan. Hingga suatu hari sebelum hari ulang tahun saya, beliau pernah tidak pulang hampir 2 hari. Setelah di tanya, ternyata ayah saya mengarungi samudra yang begitu luas dan dalam mencari ikan yang banyak untuk dijual di pasar dan bisa membelikan saya sedikit kado. Dan tak anyal, saya pun menangis, “tak perlu ayah seperti ini, lita takut ayah kenapa-kenapa di samudra yang dalam. Ayah sudah mengucapkan selamat ulang tahun saja ke Lita, itu adalah kado yang sangat luar biasa buat anak mu ini, yah.

     Nah, bagi saya sendiri sebagai penulis blog ini. Kehadiran sosok ayah adalah kebutuhan sekunder. Beliau selalu mengajarkan saya ilmu tentang dunia dan akhirat. Selain sebagai seorang guru SD, yang dimana mengajarkan anak didik bangsa hingga cerdas, beliau tak pernah letih untuk mengajarkan ilmu kepada anak-anaknya. Ilmu tentang kehidupan dan perjuangan untuk melunnakan dunia yang keras. Untuk membangun dunia yang hampir rapuh. Hingga ilmu untuk menggenggam dunia dengan telapak tangan. Guru kehidupanku adalah seorang ayah.


Ayah,
Semangatmu adalah hidupku
Keringatmu adalah nafasku
Aku berdiri atas dukungaan dan kasih sayangmu
Aku hidup karena pundakmu
Aku bernafas karena cintamu

Perjuanganku saat ini
Adalah semangatku dikemudian
Keringamu saat ini
Hingga senyumku saat ini

Ayah,
maafkan aku belum bisa membahagiakanmu.