Kamis, 21 Februari 2013

Fajar dan Senja Ku ! (Part 1)


Ku pernah bercerita pada malam, bahwa aku sangat mencintai sang rembulan di kala ia purnama. Cahaya indah yang bisa dirasakan jauh dari bumi, cahaya yang sangat mempesona dan menarik hati setiap insan yang melihat. Cahaya itu mampu dirasakan dari jauh, sejauh jarak antara antar planet, jauh memang. Ku pernah bertanya pada sang malam, bagaimana aku jika ia tak ada kabar.? Bagaimana aku jika ia telah memilih hati yang lain.? Ku menunggu jawaban mu wahai pemilik purnama, dapatkah kau berikan aku satu jawaban dari seribu pertanyaanku wahai engkau penguasa bintang, jawab aku, wahai sang malam. Terlintas dalam pikiran “Beginikah kau perlakukan setiap insan yang menunggu jawaban dari pertanyaannya.? Kau hanya diam dan diam dalam kebisuanmu yang panjang hingga sampai fajar terbit.?”
      Hingga hembusan angin menertawakanku, hanya mampir, dan berbisik “dia telah bersama yang lain, jangan kau tagih cintamu, jangan kau rampas janjimu, jangan kau buat penantianmu terluka. Banyak yang menanti kisahmu, banyak yang menunggu senyum mu. Yaitu dia. Yang begitu tulus menyaingi Fajar, menyejukkan layaknya embun pagi, sehangat terik mentari, semerdu kicau burung, dan seindah senja, akan selalu menemanimu bercerita di kemudian hari, bahkan aku sanggup menulis kisahmu dengan dia” dan ia berlalu dengan cepat, meninggalkan ku di kesendirian malam gelap. Ingin ku kejar, terlalu cepat, tanpa memberi kesempatanku untuk bertanya “siapakah sosok fajar dan senja yang mengisi kekosongan hati di kala gelap...???

Fajar di Tambora

Senja di Tambora

TO BE CONTINUE