Rabu, 29 Januari 2014

Burung Daraku

Suatu ketika, ku hadapkan pada sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang sebenarnya simple, mudah, dan mendalam. Tapi bukan logika dan akal yang berbicara, melainkan hati dan perasaan. Bukan seperti pertanyaan-pertanyaan yang pada dasarnya bisa dimengerti oleh kebanyakan orang, tapi memang pertanyaan itu bukan pertanyaan yang biasa, misalnya satu regu team cerdas cermat yang sedang dihadapkan dengan pertanyaan Ilmu Sosial atau Ilmu Alam. Bukan. Bukan itu pertanyaan yang sedang ku hadapi sekarang ini.

Di ibarat peserta “wants to be a millioner” jika salah menjawab dan salah menafsirkan pertanyaan, ia tidak bisa lanjut ke babak berikutnya. Untuk bisa mengetahui kebenaran dari pertanyaan yang ku hadapi itu perlu bukti hati yang tulus dan bisa di terima oleh akal.

Jika pertanyaan itu ku lemparkan pada mu.
“kamu pilih yang mana...?”

Di kisah kan seperti burung dara. Burung dara yang cantik, manis, serta lembut mengisyaratkan sebagai sebuah pertanda bahwa kau ingin jawaban yang seperti itu.
-    Burung dara yang pertama, berasal dari tanah kelahiran mu, memiliki bulu yang halus, berwarna putih susu memiliki corak yang indah pada sayapnya, dan dia dambaan semua burung dara jantan lainnya.
-    Burung dara yang kedua, masih sama seperti burung dara pertama, hanya saja ia memiliki sayap yang bukan dari tanah kelahiranmu, dan dia pujaan semua burung dara jantan lainnya.
-    Sedangkan burung dara yang ketiga, berasal dari tanah seberang, yang mempunyai bulu yang halus, corak sayapnya penuh dengan warna. Indah dan damai jika di pandang. Dan dia pun pujaan burung dara jantan lainnya.

Itulah pernyataan yang harus ku hadapi ketika sepasang mata melirik membutuhkan jawabanku. “Ibu... akan ku segerakan bawa burung dara kepangkuanmu

Galau dan Gatot Beda Tipis (Part 1)

Cinta mampu merubah apapun yang ada di muka bumi ini, termasuk merubah kita yang sedang sedih menjadi bahagia, termasuk merubah status jomblo menjadi pacaran. Dan masih banyak lagi perubahan-perubahan yang terjadi ketika kita sedang jatuh cinta. Perubahan itulah yang akan menjadi motivator bagaimana cara kita bersikap untuk meraih cinta.
Setelah gagal dengan Intan, abang gue tidak putus asa dalam meraih cinta sejatinya, tidak pernah mengeluh walau ditolak karena telat. *bukan telat datang bulan* tapi keduluan orang lain. Abang gue telah menjadi seorang laki-laki yang sangat dewasa dan sangat pengertian saat itu, bagaimana tidak. “Memberikan kesempatan kepada yang lain untuk untuk mendapatkan cinta Intan”. #Katanya ditengah hati meringis. Abang gue pengertian juga yahh, salut gue..?!? (y)
Waktu terus berjalan, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan, bulan berganti pakaian. *dan lo bayangin aja, bulan adalah perempuan cantik yang sedang ganti pakaian, aahhh, pemandangan yang indah. Upsss*. Sosok Intan mulai memudar dari pikiran abang gue. Intan yang dulunya gadis paling manis sekelas, sekarang sudah biasa saja. Kenapa? Karena abang gue SEMPAT jatuh cinta padanya. Itu sebabnya Intan adalah wanita yang paling manis di dunia ini. Dan sekarang sudah biasa saja. #Horeee... abang gue move on, sekali lagi ABANG GUE MOVE ON*
Berbicara tentang MoveOn. Kata ini yang paling gue bingung sampai detik ini. Misalnya, si A (Perempuan) mutusin pacarnya karena sudah tidak kuat lagi dengan sikap pacarnya yang egois, dan tidak peka terhadap perasaan perempuan, dan suka keganjenan terhadap perempuan lain. Sebenarnya si A masih sayang pada pacarnya. Si B (pacar A) otomatis bingung dan marah dengan sikap si A yang begitu aneh karena minta putus secara tiba-tiba. Intinya mereka putus. Si A selalu bilang “arrgghh...gue pengen Mupph on”.
Dari kisah diatas, move on adalah rasa ingin terlepas dari bayang-bayang sang mantan yang selalu menghantui jiwa dan raga karena masih tersisa rasa sayang dan cinta. Jika belum pernah jatuh cinta dan mencintai orang, jangan pernah bilang “move on” untuk melepas dan merelakan mereka. Karena move on ini identik dengan perasaan galau dan sejenisnya. Bagi gue ENGGAK. Menurut gue sendiri, move on terdiri dari dua suku kata, move dan on. MOVE adalah pindah dan ON adalah bego, kenapa bego? Karena kata on di ambil dari akhiran kata dalam bahasa Sangsekerta yaitu Bloon. Jadi pengertian dari move on itu sendiri adalah perpindahan hati seseorang terhadap perubahan zaman atas apa yang telah dilakukannya sehingga terlihat seperti orang bego. *bahasa gue keren kan, iyalah, tiga kali puasa, tiga kali lebaran gue merangkai kalimat tadi. Selama itu pula keluarga bang toyib kesusahan*.
Oke... untuk kali ini gue tidak mau membahas tentang ke-galau-an dan sejenisnya, kenapa? *mau tau jawabannya?* sini gue bisikin, (galau itu milik abang gue, jika sedang galau abang gue bisa berubah jadi kucing garong. Kalau lo gangguin, lo disangka tikus got, makanya hati-hati dengan abang gue, Pulunk). “Gue dengar semua apa yang lo omongin dek. Dikira lo gue budek. *Lempar panci*” Cetus Pulunk dari kejauhan.
Lambat laun abang gue sudah mulai merubah sikap dari yang kekanakan menjadi SOK dewasa, dari cara sms-an alay menjadi biasa, karena ia ingin mendapatkan cinta dan sayang dari perempuan yang ia sukai dan otomatis yang gak alay cuy, dari sisiran rambut belum berubah, rambut kritingnya masih belah pantat. *gue jadi teringat film “jin & jun” yang diperankan oleh Syahrul Gunawan sebagai jun, dan memiliki sisiran belah dua. Jun terlihat keren dan berkarismatik* Lah ini abang gue ngikutin sisiran rambutnya si Jun. Hadeh. Kalau rambut lurus mah gapapa bang.
Seminggu lagi Pulunk melepas pangkat, kedudukan, harkat, martabat (bukan martabak yaaa, pikiran lo makanan mulu sih), ras, golongan dan jabatannya sebagai ketua kelas. Kenapa? Karena masa jabatan ketua kelas 1 tahun 2 semester 3 cawu kurang 1 minggu. Bingung gak lo penjelasan gue? *Bingung* Yaaa ampun, intinya seminggu ini abang gue akan melaksanakan ulangan semester genap, bukan semester ganjil. Bukan juga injil, bukan kancil, bukan juga pencil. Hanya ulangan kenaikan kelas. Dimana ulangan ini untuk menentukan sejauh mana kemampuan dari murid didik terhadap materi yang disampaikan oleh gurunya masing-masing. Bukan kuntilanak yee, tapi guru. *Husstt. Jangan ngomong tentang horor. Abang gue bisa pingsang ntar*
Jujur saja, mata pelajaran yang paling di benci abang gue adalah Matematika. Karena bagi dia matematika itu adalah pelajaran yang sangat membingungkan. Pelajaran yang membuat pikiran jadi stres. Pernah sekali gue ngintip dia sedang ngerjain tugas matematika, kalau gak salah waktu itu soal cerita “Budi di suruh ibunya ke toko Sami jaya membeli gula pasir sebanyak 10 kg untuk membuat kue. Gula tersebut terpakai hanya 6 kg saja untuk adonan kue. Berapakah sisa gula pasir tersebut?” Abang gue mengkerutkan dahi dan menggaruk kepala sambil berkata “10 kg dan 6 kg ini di apain sih, bingung gue. Mungkin salah soal kali yaa?” pengen banget gue jedotin kepalanya ke tembok. Pokoknya bego banget deh yang namanya matematika.
Seminggu telah berlalu. Sekarang saatnya class meeting. Biasanya selama 2 minggu. Dan selama itu kegiatan ekstrakurikuler di lombakan antar kelas. Mulai dari pertandingan football, badminton, volly ball, cerdas cermat antar kelas, lomba balap karung, lomba makan kerupuk dan lomba kencing berlari. Yang terakhir gue bohong. Abang gue selalu menunggu tibanya kegiatan rutinitas akhir semester genap. Karena setiap ketua dan sekretaris kelas dari seluruh kelas yang ada menjadi panitia lomba. Abang gue keren juga yaaa jadi panitia lomba. Hehehehe *bangga gue*
Pulunk menjadi panitia lomba balap karung. Baginya, lomba balap karung itu Indonesia banget. Di luar negri belum ada lomba semacam ini, yang didalamnya berisi orang yang sedang loncat-loncat seperti pocong mulai dari start hingga garis finish. Seperti biasa, sebelum mulai perlombaan abang gue harus mencatat siapa saja siswa yang berminat mengikuti lomba ini. Salah satunya adalah Brama, teman sebangkunya yang merupakan perwakilan dari kelas VIIIB untuk balap karung. Dan yang pada akhirnya Brama keluar sebagai juara 1 waktu itu. *gue rasa mereka curang. Brama yang gue kenal mempunya sifat 5 L. Letih, Lesu, Lunglai, Lelet, dan aLay, mana mungkin dia juara 1 (yang ternyata setelah gue selidiki pesertanya cuman dia doank) wkwkw*
Class meeting berlalu tanpa ada yang spesial bagi Pulunk, abang gue. Hari sabtu kali ini merupakan sabtu yang sangat membahagiakan bagi wali murid, karena bisa melihat hasil belajar anaknya. Dan sangat menegangkan bagi murid-murid yang tergolong nakal dan sejenisnya, tergolong bodoh dan sejenisnya, karena ketakutan akan tinggal kelas (dibaca ‘tidak naik kelas’). Begitu juga dengan abang gue, perasaan deg-deg an selalu muncul secara tiba-tiba. *jangan-jangan abang gue gak naik kelas, :’( yaaaassalaaammm, keterlaluan ini*. Sesampai nya di rumah, gue membuka rapot Pulunk. Tepat di tulisan semester genap kelas VIII di pojok kanan atas, dan mata gue terus jelalatan hingga kebawah dan terhenti pada sebuah tulisan. Tulisan itu berisi “Peringkat 4 dari 45 siswa dengan jumlah nilai 1280” terus gue lanjutin ke bawah pojok kanan tertulis “Tingkatkan dan pertahankan prestasimu! Naik di kelas IX” *APAAHHHHH??? Gak salah baca kan gue...? mungkin salah rapot kali. setelah gue cek ulang ternyata benar... gak nyangka abang gue sehebat itu, Salut...salut sama lu bang*


***To Be Continue***

Senin, 20 Januari 2014

Ijasahku, Tidak Prematur.!

Ku yakin, menunggu itu adalah suatu hal yang paling membosankan dalam hidup ini. Bagaimana tidak. Tanggal 30 September 2013 silam adalah moment yang paling mengesankan dan paling bersejarah dalam dunia pendidikan, khususnya bagi saya dan teman-teman se-angkatan. Karena pada hari itu adalah moment dimana mahasiswa dari angkatan saya menyudahi urusan perkuliahan dan urusan kampus. Apalagi kalau bukan WISUDA.
Konsultasi bersama teman-teman seangkatan SMA dari berbagai jurusan dan dari berbagai kampus sangat menarik, hingga mereka mempertanyakan “Bagaimana dengan Ijasahmu?” inilah hal yang paling sulit saya jawab ketika pertanyaan itu terlontar.
Bukan hanya teman, sahabat dan keluarga yang menanyakan hal yang sama. Kedua orangtua pun sering, bahkan selalu menanyakan ku di setiap mereka menelpon ku dari kejauhan sana. Saya harus bagaimana? KESAL..? Sempat perasaan itu mengguncang jiwa. MARAH..? Terus terang saya hanya menjawab iya.
Kampusku yang baik hati. Belum berani mengeluarkan state tentang bagaimana cara mahasiswanya menjawab semua pertanyaan sahabat, teman, keluarga dan orang tua mengenai Ijasah. Huhftt. Sungguh mengerikan memang. Tapi ku tak berani menuntut kepada kampus yang telah memberikan sejuta ilmu untuk masa depan. Tapi, bagaimana dengan teman sejawat ku? Apakah pemikiran mereka sama dengan ku? Atau kah mereka meronta dan membenci kebijakan kampus dan Dekan? Arrgghh. Sungguh sulit memahami ini semua.
 Dunia kerja telah menanti. Dunia itu menyambut dengan senyuman dan harapan. Ketika saat itu tiba, akan ada masa pelamar kerja dipertanyakan “Disini semua lamaran, harus menggunakan Ijasah, jika tidak dicantumkan. Silahkan datang kembali di lain waktu.Ironis memang. lalu apa yang harus di jawab kepada mereka tentang Ijasahku yang belum lahir? Bukankah rata-rata kampus mengandung Ijasah paling lama 1 bulan? Apakah Ijasahku akan lahir prematur? Ohh... Tidak...
Teman sejawatku yang malang menunggu Ijasah. Kita hanya bisa bersabar dan berdoa. Semoga kampus kita yang baik hati akan segera melahirkan Ijasah kita dengan selamat. Karena saya yakin, di kelahiran Ijasah yang pertama, kampus akan memberikan yang terbaik untuk anak pertamanya.


Jakarta, 20 Januari 2014