Suatu
ketika, ku hadapkan pada sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang sebenarnya simple,
mudah, dan mendalam. Tapi bukan logika dan akal yang berbicara, melainkan hati
dan perasaan. Bukan seperti pertanyaan-pertanyaan yang pada dasarnya bisa
dimengerti oleh kebanyakan orang, tapi memang pertanyaan itu bukan pertanyaan
yang biasa, misalnya satu regu team cerdas cermat yang sedang dihadapkan dengan
pertanyaan Ilmu Sosial atau Ilmu Alam. Bukan. Bukan itu pertanyaan yang sedang
ku hadapi sekarang ini.
Di
ibarat peserta “wants to be a millioner”
jika salah menjawab dan salah menafsirkan pertanyaan, ia tidak bisa lanjut ke
babak berikutnya. Untuk bisa mengetahui kebenaran dari pertanyaan yang ku
hadapi itu perlu bukti hati yang tulus dan bisa di terima oleh akal.
“kamu
pilih yang mana...?”
Di
kisah kan seperti burung dara. Burung dara yang cantik, manis, serta lembut
mengisyaratkan sebagai sebuah pertanda bahwa kau ingin jawaban yang seperti
itu.
-
Burung dara yang pertama, berasal
dari tanah kelahiran mu, memiliki bulu yang halus, berwarna putih susu memiliki
corak yang indah pada sayapnya, dan dia dambaan semua burung dara jantan
lainnya.
-
Burung dara yang kedua, masih
sama seperti burung dara pertama, hanya saja ia memiliki sayap yang bukan dari
tanah kelahiranmu, dan dia pujaan semua burung dara jantan lainnya.
-
Sedangkan burung dara yang
ketiga, berasal dari tanah seberang, yang mempunyai bulu yang halus, corak
sayapnya penuh dengan warna. Indah dan damai jika di pandang. Dan dia pun
pujaan burung dara jantan lainnya.