Ku duduk
disamping gadis tua ku. Ku ingin membagi cerita bersamanya, cerita tentang
cinta dan kejamnya dunia. Ku tidur diatas pangkuannya, dielus kepalaku tanda
kasih sayang tak akan pernah ada habisnya, lalu ia bercerita tentang dunia
kecilku. Duniaku yang begitu indah, dimasa ia dapat menggendongku dan mencium
aku setiap saat, memelukku dengan kehangatan. Dunia ku yang mungil, penuh
dengan isak tangis tiap pagi dan malam. Hingga burung enggan untuk berkicau. Dunia
kecilku belum mengenal air mata kebahagiaan, karena gadis tua ku begitu rapuh
dan tegar disaat ku ada. Dunia kecilku belum bisa mengenal orang disekelilingku,
kecuali gadis tuaku.
Gadis tua
ku adalah wanita paling cantik didunia ini. Wanita yang paling manis yang
pernah ada dan tak tergantikan. Senyuman yang begitu indah menghiasi bibirnya,
senyuman tulus untuk seorang anak yang masih dalam dekapan saat ia
menggendongku. Ku mulai merangkak, dan bisa berjalan, hanya satu tujuanku yaitu
kembali dalam pelukan hangatnya. Saat merangkak, berjejer beberapa wajah yang
menungguku. Tapi hanya 1 wajah yang bisa ku kenal yaitu gadis tuaku.
Kini,,,…
Aku sudah
besar dan mampu mengenal dunia, sempat ku menangis dan ingin berkata “ibu, dunia ini ternyata begitu kejam. Peluk aku
ibu”.
Duniaku tak seindah dulu, dan inilah kenyataannya bahwa dunia yang sebenarnya. Kembali
menatap wajah yang damai dan sejuk. Namun, keriput mulai singgah di wajah
cantikmu wahai gadis tuaku. Keriput semakin hari semakin banyak yang diberikan
waktu. Waktu memang sedikit jahat, tapi, it’s a real.
Bayi yang
dulu kau pelihara dengan cintamu. Kau rawat dengan sayangmu. Kini sudah
bersayap layaknya Elang. Terbang jauh meninggalkan sarangnya. Untuk mencari
segenggam harap. Ijinkan aku terbang jauh untuk mencari penghidupan yang baru
wahai gadis tuaku. Sayap ini akan terbentang luas dengan sepucuk doamu. Akan menggapai
mega dengan dukunganmu. Akan mengepakkan sayapnya sampai ia menemukan apa yang
ia cari, meninggalakan sejuta kenangan, terbang tinggi meninggalkan jejak. Meninggalkan
rumah. Tapi yakinlah, aku akan kembali menikmati hangatnya pelukanmu wahai
gadis tuaku, wahai ibu.